ketika kita berbicara tentang salju dan anak-anak panda yang lahap menyantap pucuk-pucuk bambu muda, kulihat ada semacam gairah di matamu yang bundar dan lebar, kulit pipimu merona dan snyum yang kau kulum pun merekah. Betapa bersemangatnya kau bercerita, padahal kita tak pernah berkunjung ke negeri china sana, tapi entah mengapa kau begitu menyukai panda dan rumpun-rumpun bambu.
Aku bercerita tentang kemiskinan, rumah-rumah kardus dan kebodohan yang begitu akut di atas negeri yang demikian kaya ini. Hoaaaaaaaaaaaa....mmmmmmmmm.....mm kau mengulum bibir dan suaramu. Aku tak tahu apakah kau sedang berusaha menunjukkan kesopananmu dengan sedapat mungkin berusaha untuk tidak menguap atau karena kau belum sikat gigi sehingga kau malu untuk menguap karena takut nafasmu yang bau tercium olehku. Aku tidak tahu, tapi satu hal yang kutahu pasti. Kau bosan mendengar ceritaku yang itu-itu juga, sama seperti aku yang sudah bosan mendengar cerita tentang panda-panda bodohmu yang itu-itu juga.
"Tidak bisakah kita berhenti berbicara tentang kemiskinan yang selalu saja kau ulang-ulang itu?" tanyamu pada suatu waktu
""Baiklah. Kita akan berhenti berbicara tentang kemiskinan itu, tapi kita juga harus berhenti berbicara tentang panda-panda bodohmu."
Kau berbalik memunggungiku dan berjalan ke arah yang tak pernah kuharapkan. Aku kesal, lalu aku berjalan kearah yang bertolak belakang dengan arah yang kau tempuh. Sungguh indah, dua gerak berlawanan terjadi sekaligus dalam waktu yang bersamaan. sama seperti gerak matahari senja dan tiang-tiang listrik yang berbaris beraturan. Semakin jauh matahari senja bergerak ke ufuk barat, semakin panjang pula bayangan tiang listrik memanjang ke arah timur, kemudian keduanya mengabur, meruap dan hilang. Kita pun akan saling melupakan dan menindas memori yang mungkin tersimpan. Kau akan kawin dan beranak pinak dengan orang yang dengan sabar mendengar cerita tentang panda-panda tololmu, dan aku akan memenuhi bumi dengan keturunanku, karena aku pun akan kawin dengan seorang perempuan yang mau mendengar cerita tentang kemiskinan dan rumah-rumah kardusku.Mungkinkah suatu waktu nanti aku akan mencintai panda, atau sebaliknya, mungkinkah pada suatu waktu nanti kau akan mempunyai kepedulian terhadap masalah kemiskinan? Ah......itu pertanyaan kanak-kanak, terlalu dangkal dan terlalu umum. tidak ada hubungan yang mempersatukan keduanya, kalaupun ada, itu hanyalah keterkaitan yang dibuat-buat saja.
Panda-panda bodohmu adanya di kebun-kebun binatang dan taman-taman nasional yang dilindungi oleh pemerintah. orang-orang miskin, gelandangan dan anak-anak yang tidak sekolah milikku adanya di emperan toko, dikolong jembatan dan di desa-desa tertinggal sama sekali tidak mendapat perlindungan dari pemerintah dan sistem perundang-undangan. Panda-panda gendutmu ditanami pohon-pohon bambunya, sementara orang-orang miskinku dirampas hak-haknya sebagai warga negara, digusur tempat usahanya, dicabuti tanaman singkongnya dan dirampasi tanahnya. Kau berbicara tentang kemewahan dan aku selalu berbicara tentang perlawanan.
Yogyakarta 2003, lepas senja gerimis menyiram tanah sampai basah. Kurasa kita tak perlu berusaha untuk saling memahami dan mempersatukan dua hal yang tak dapat dipersatukan.Marilah saling menjauhi dan melupakan. Dekaplah panda-panda bodohmu dalam khayal dan aku akan memperjuangkan kemiskinanku dalam kenyataan. Tapi jujur, rasa itu memang pernah ada, hanya saja aku menganggapnya tak pernah ada.
Selasa, 28 Juli 2009
untitled
7/28/2009 01:52:00 AM
1 comment
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
cieeeeee....sok romantis kritis lo penk.
BalasHapus