Senja Jingga di Atas Langit Jakarta
Senja jingga memerah saga
Menyemburat, bentuk rupa-rupa
Tak cukup sejuta sajak dituliskan
Mengenang mereka yang terlumpuhkan paksa
Senja jingga di atas langit Jakarta
Satu cita-cita, satu Indonesia
Satu jiwa, satu Bangsa
Senja jingga mengelam dalam kepulan asap bakaran ban bekas
Senja jingga mengelam dalam serbuan gas air mata
Yang terhadang meradang
Yang tertembak tak sempat mengerang
Tangan kiri terkepal di dada
Seakan berkata, “Aku cinta Indonesia”
Senja jingga memerah saga
Kita punya cita-cita
Satu Indonesia, tetap merdeka
Tak ada tirani, tak ada tangan besi
Satu jiwa, satu Bangsa
Tak ada senjata terarah pada anak negeri
Senja jingga di atas langit Jakarta
Hiruk-pikuk peristiwa tercecer di kolom surat kabar
Semacam cerita pelengkap secangkir kopi di minggu pagi
Wahai…
Betapa laju menit berlari menyelinap ke dalam pedalaman lupa
Seribu sembilan ratus sembilan puluh delapan
Seakan tak pernah ada dalam penanggalan
Hilang meruap serupa angin
Seperti pemuda yang belum dipulangkan
Betapa laju menit berlari menyelinap kedalam pedalaman lupa
Seribu sembilan ratus sembilan puluh delapan
Tak ada lagi dalam penanggalan
Tak ada lagi dalam kenangan
Hanya senja jingga di atas langit Jakarta yang semakin kelam
Mengepul dalam asap bakaran ban bekas
Membias dalam serbuan gas air mata
Sisanya hanyalah luka sejarah yang tetap nganga
Bagi mereka yang tahu arti titik darah dan air mata
Senja jingga di atas langit Jakarta
Menyemburat, membentuk rupa-rupa
Betapa laju menit berlari menyelinap kedalam pedalaman lupa
Senin, 13 April 2009
4/13/2009 03:35:00 AM
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar