Sajak Riuh dan Lapar
Jalan raya, mobil, sepeda motor, asap kotor
Betapa riuh
Semua menggelinding menuju sesuatu yang tak kutahu
Upil menghitam oleh debu
Ada yang datang, ada yang pergi
Di rumah kardus aku hampir mati
Perut menagih janji yang dari kemarin tak dapat jatah nasi
Sumuk, sumpek, lapar, apek
Apes, tak ada orang tertabrak, lalu mati, dan
Ada duit tujuh ratus juta di sakunya
Daun-daun hitam, langit hitam
Kalau besok aku belum makan juga
Akan kutulis surat buat Presiden, Kapolri, Komnas HAM
Akan kutulis surat buat para menteri dan DPR
Akan kuminta mereka patungan, satu juta satu orang
Coba hitung
Berapa milyar akan kudapatkan
Jalan raya = neraka
Mobil dan sepeda motor = kendaraan neraka
Asap kotor = mesin produksi upil hitam
Aku = orang yang mengharap ada pria berperut gendut terkapar di jalan raya karena tertabrak mobil dan di sakunya ada duit tujuh ratus juta
Aku = orang yang mendapat dana urunan dari pak Presiden, Kapolri, Komnas HAM, pak Menteri dan DPR RI
Asik kan?
Jangan ngiri!
Makanya tulis puisi
Jalan raya, mobil, sepeda motor, asap kotor
Betapa riuh..
Tak ada yang berhenti sekedar mengatakan “hai”
Semuanya melaju, menggelinding pasti
Jadi orang kaya saja sombong
Aku saja yang selalu bergulat dengan kerasnya hidup, dan
Masih bertahan hidup ngga’ sombong-sombong amat
Memang aku miskin, tapi tak pernah mencoba bunuh diri
Aku hanya lapar sekarang
Kau kenyang dan kelebihan uang, bagi dong
Aku tak pernah dapat kesempatan
Boro-boro mau sekolah, makan saja susah
Jalan raya, mobil, sepeda motor, asap kotor
Betapa riuh
Keriuhan yang semakin dalam menikam laparku
Jumat, 27 Februari 2009
2/27/2009 11:43:00 PM
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar